Minggu, 16 Agustus 2009

PUISI-PUISI

AKU CINTA DIA DAN BIOLOGI

Salah satu sistem organ berdegup.
Membuat darah mengalir deras.
Dengan keringat tak terhingga.

Seorang anak manusia hidup.
Dengan perkembangbiakan yang sempurna.
Membuat semua apa yang dia punya,
mempesona.

Hatinya yang baik,
bagaikan tanaman yang selalu setia
menjadi produsen kami.
Kulit mukanya yang bersinar,
bagaikan sinar kunang-kunang dalam cahaya malam.
Sifatnya yang sabar,
bagaikan burung bangkai yang dengan
setianya menunggu bangkai yang tersisa.

Dia tulus, ikhlas, baik hati,
Seperti enzim-enzim yang selalu tulus
membantu kita dalam memperlancar pencernaan.

Ketika dia melihat kamus kehidupan.
Ketika hati ini bagaikan sperma
yang ingin menyatu dengan ovum.
Ketika hati ini berkata hanya dia seorang,
dan bakteri serta virus mendengarnya
dan ikut menjadi saksi anak manusia.

Aku suka dia dengan segala kelebihannya.
Dan aku menyukai biologi
dengan segala materi kehidupannya.













MATILAH KAU MATI

Aku punya semangat.
Merasa sudah bertekad.
Aku ingin menyerang,
menghampiri musuh untuk menendang.

Matilah kau mati.
Jangan hidup untuk dirimu.
Tak ada guna untuk dirimu sendiri.

Ku tertawa, kau berbaring.
Ku terluka, kau senang.
Kau anonim dariku.
Kau air aku pasti api.
Tak ada tujuan yang sama.
Tapi anehnya
Niatmu dan aku sama,
bahkan satu kesatuan
dan kita berkata dalam satu irama
“Matilah kau mati.”



DUA ADAM

Muak aku melihatnya tadi pagi.
Berjalan berdua, dua adam
yang ingin kutendang.

Di depan bangku tempat lesku,
dihadapanku, didepan mataku.
Dikala aku memberikan senyuman pagi
yang ia balas tak tentu arah.

Sesal yang kuraih dihari yang cerah.
Menjemukan, memuakkan.









AKU INGIN DIA CEMBURU

Aku tak menyapa mata itu
Itu mata…..
tak berucap, tapi mudah dibaca.

Aku berlenggak-lenggok.
Membuang budah, sampai serak.
Bercerita dengan para lelaki.
Menganggap aku pecinta mereka.

Aku ingin mata dia
tertanam besi seberat-beratnya
mendidih, menyala, dan
mengobarkan alam hatinya.

Aku senang demikian.
Itu berupa tujuan.
Tapi tujuan cuma
gas air mata yang disemprot tak tentu arah.

Dibilang munafik juga iya.
Aku ingin dia berkata,
membuat bibirnya menari.
Berkata di dua kepekaan ini,
“bahwa aku benci dengan keadaanmu,
keadaanmu di tengah para lelaki.”






KEGALAUANKU

Dalam setiap menit berjalan
disambar detik yang melaju,
dengan kencang…………

Anak manusia menunggu
di sudut perapian
di bawah naungan lampu temaram
diiringi kesunyian.
Terus mengiba-iba
mencari perhatian.

Aku disirami dan dihujani
salju disiang hari
khayalanku berputar
menembus singgasana hamparan ilmu
yang menguras habis otakku.

Otakku berputar seperti gasing
melar oleh buaian
kemudian terjatuh
hingga tanah air ini tak ingin menempa.

Bukan bangkai,
bukan tumpukan daging tak bernama,
melainkan untaianhati dan kata
yang tak bertuan larut dan hilang
di tengah kegelapan.

















AKU MENCARI TUAN

Untuk kutulis selembar ini
kadang aku terus memaki
menghina diri ini.

Hawa ini tak mensyukuri
apa yang diberi.

Aku mencari tuan
menjelajah ilmu tuan
aku dititik penantianmu
menanti lukisan jiwamu.

Apa tuan tak tahu,
seonggok daging ini
ingin tahu kehidupan
yang terbaca dari mata tuan.
Mata tak bernyawa
tapi bukan berarti tak bisa dibaca.



DALAM HATI

Sesak… kurasa dadaku
jantungku berpacu, berdetak
seperti tabuhan gamelan.
Gelisah… ku piker apa yang kunanti
semua menjadi kabut
didingin malam
dikelam yang sepi.

Takut… melangkah bagai panah
berjalan bagai boomerang
berlari akan tertusuk.
Sepi… sendiri, dingin, aku, diriku,
jiwaku, hatiku,
aku di dunia ini… ini hanya aku.

Marah… amukan didada,
kesal dijiwa, menoreh luka
tak kubuka bagai magma
lalu keluar hanya sebuah letusan.
Kecewa… pada aku, karena aku,
aku berbuat, mencuci otak, merasa tak hebat
akibat aku….
Perasaan bercampur menjadi satu
es campur, es teller, es doger, terakhir es batu.
Baso yamin, baso malang, baso pangsit, terakhir kuahnya aja….
Susu yoghurt, susu murni, susu kental manis,
terakhir susu basi.

Apakah garis kehidupan harus terus lurus tak bengkok?
Apakah roda kehidupan benar berputar?
Ah,… tapi kurasa dia statis……
Apakah kegagalan awal dari kesuksesan?
Kukira kegagalan jurang kenestapaan.

Amarah, benci, gelisah, sesak, kecewa, bebal semua….
Semua berputar tak kenal arti, menusuk seperti belati,
menanti jeritan hingga tertawa merintih kesakitan…



Oleh : Haibara